Kamis, 04 Juni 2015

Menikah



Menikah.
Menikah tak hanya sekedar untuk menghalalkan yang haram. Menikah tak hanya meyatukan dua orang yang saling cinta. Dan tak hanya sekedar mengucap janji sehidup semati.
Menikah itu penyatuan dua orang yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama, yaitu bahagia. Bahagia yang bukan hanyauntuk mereka berdua, tetapi oang-orang di sekitar mereka. Menyatukan perbedaan. Menyatukan dua keluarga besar.
Menikah tidak semudah penglihatan kasat mata, seperti cerita-cerita fiksi yang ada. Tak semudah ketika pacaran yang bisa putus nyambung. Kadang menikah tak seindah yang dibayangkan ketika masih dalam masa pacaran.
Menikah butuh banyak persiapan. Tak hanya financial, tetapi emosional juga. Menikah itu bukan tujuan akhir. Tetapi titik awala mula perjalanan baru dalam hidup. Bukan hanya seseorang, tetapi dua orang.

-matawayang-

Jumat, 30 Januari 2015

Tentang Menikmati Luka



Banyak orang yang memandang heran padaku, setelah apa yang terjadi tentang kisah ku dengan mu. Kenpa aku masih bisa begitu terlihat baik-baik saja dan bahkan terlihat seolah seperti orang yang sedang tidak terluka, padahal mereka tau aku dalam keadaan luka parah. “Sok kuat.!”  Bahkan ada yang berkata seperti itu.

Tentang luka, setiap jatuh pasti menyisakan luka. Dari luka yang paling ringan hingga yang paling parah. Setiaporang berbeda – beda dalam memperlakukan luka mereka masing – masing, ada yang hanya mendapat luka ringan namun terasa seperti luka parah, karena ia tak tahan sakitnya dan mungkin jarang terluka atau beru merasakan luka. Ada yang mendapat luka parah, namun terasa seperti luka ringan, bukan karena ia kebal, tapi karna ia tahu bagaimana harus menangani lukanya. Seperti halnya diriku, bukan karena aku sok kuat, kebal atau mati rasa. Hanya saja aku tahu bagaimana caranya menikmati luka – luka ini.

Untuk mereka yang terluka, yang perlu mereka tahu adalah luka itu mereka yang buat, luka itu mereka yang rasa, luka itu mereka yang tahu dimana tempatnya, dan hanya mereka yang tahu bagaimana cara menyembuhkannya. Nikmati saja perih – perih dalam setiap prosesnya. Percayalah, tak ada luka yang tak bisa disembuhkan.

Jumat, 02 Januari 2015

Kenangan



Kenangan. Sebuah kata yang sederhana, namun mampu membuat orang yang memilikinya diterpa berjuta rasa. Terkadang, tidak sedikit orang yang ingin mengahpus kenangan yang mereka miliki. Karna katanya, kenangan itu menyakitinya. Tapi, bukankah kenangan ada untuk dikenang,? Bukankah kenangan ada karena mereka yang menciptakan dan mengukirnya,?

Ya, itu yang kurasa malam ini. Hampir saja aku seperti kebanyakan mereka. Hampir saja aku berusaha untuk memusnahkan kenangan-kenangan itu. Namun, sesorang mengingatkanku bahwa kenangan ada bukan untuk dimusnahkan, tapi kenangan ada memang untuk dikenang. Itu sebabnya ia disebut kenangan. Kemudian aku tersadar, benar yang dikatakan oleh sahabat ku itu. Bukankah dulu juga pernah ku tanamkan tentang pengertian kenangan ini di diriku,? Lalu kenapa aku bisa melupakan hal itu,? (entahlah, mungkin aku terlalu kacau belakangan ini).

Setelah aku mengingat hal itu, ku urungkan niatku untuk menghapus kenagan-kenangan ini. Ku putuskan untuk tetap ku simpan. Agar suatu saat dapat kembali ku kenang, meski perih, tapi itu indah di masanya dulu. Meski harus dengan beruurai air mata, tapi tetap ada senyum disaat mengenangnya. Karena kini aku tak miliki lagi sang pengukir kenangan itu. Hanya kenangannya lah yang bisa ku simpan dan ku buka sesukaku. Dan kini aku tahu, karena ia ingin selalu ku kenang, ia ukir banyak kenangan untuk ku.

Semoga ia juga masih menyimpan kenangan-kenangan yang ia ukir bersamaku dan tak berniat untuk menghapusnya..

Senin, 29 Desember 2014

Untuk Seseorang

Selamat malam kamu yang kini sudah punya kehidupan baru tanpa aku. Bagaimana kabarmu? Semoga kau baik-baik saja. Maaf, malam ini aku terasa sepi, karna tak ada lagi yang menemaniku di ujung telefon sebelum tertidur. Ya, aku merindukan itu. Bodoh bukan. Baru saja dua malam kebiasaan itu hilang aku terlihat begitu tidak terbiasa. Sementara, sudah sangat jelas tak bisa lagi kita lakukan itu bukan hanya untuk malam kemarin, malam ini atau malam esok saja, tapi untuk saat ini hingga nanti (entah kapan itu) kebiasaan itu tidak akan ada lagi. Karna kini malam mu telah ada yang menemani.Aku iri padanya, ingin rasanya aku yang berada di sampingmu saat kau menutup mata malam hari dan membuka mata di pagi hari.

Ohya, bahagiakah kau kini dengannya,? Adakah ia menjaga dan merawatmu dengan baik,? Adakah kau mengingatku (meski sepintas) saat kau bersamanya,? (pertanyaan bodoh.!) Meski aku merasakan perih yang teramat perih, namun aku harus berusaha bahagia jika benar kau bahagia dengannya. Aku harus tersenyum (meski pipiku basah dan mataku sembab) melihat kau tersenyum bahagia menceritakan kehidupan barumu dengannya.

Meski kau bukan yang terbaik, namun kau adalah yang terindah walau banyak menoreh luka. Karna banyak cerita indah yang kita ukir bersama. Karena dari mu aku belajar tentang menguatkan hati sendiri, tentang ketulusan dan keihlasan, tentang merelakan dan melepaskan, dan tentang menikmati luka.

Mungkin saat ini akan banyak orang mengatakan aku begitu bodoh. Karna aku masih punya rasa cinta yang cukup besar untuk orang yang nyatanya begitu menoreh luka untuk ku. Tapi, yang ku tahu dan ku rasa, cintaku tak berkurang sama sekali. Meski mata selalu basah ketika melihat kenyataan ini semua.

Jika Tuhan mendengar dan mau mengabulkan do'a ku. Aku ingin suatu saat nanti (entah kapan itu) akan ada waktu ku tagih janjimu untuk membuat aku bahagia, karna hingga saat kau akan memulai hidup baru mu, hal yang selalu kau sesali adalah kau masih belum membahagiakanku. Aku harap waktu itu ada (meski sangat mustahil). Karna aku percaya, semua Tuhan yang punya rencana. Kini, kuserahkan semua padaNya. Hingga waktunya tiba, indah rencanaNya menjadi nyata.

Semau dan Semampu Hatiku

Tak pernah terbayangkan aku bertemu dengannya..
Tak pernah terbayangkan aku berkenalan dengannya..
Tak pernah terbayangkan aku dekat dan akhirnya menjatuhkan pilihanku padanya..

Awal memulai biasa saja..
Namun lama kelamaan menjadi terbiasa..
Rasa yang tumbuh semakin terpupuk..

Hari-hari dilalui dengan sepenuh hati..
Berusaha menjaga, mengerti dan memahami..
Susah, sedih, senang, bahagia, semua punya cerita yang begitu berarti..

Luka,? ada..
Banyak,? cukup banyak..

Namun seolah terbiasa berjalan di atas luka-luka itu..
Semua dinikmati meski terkadang harus berurai air mata..

Hilangkah rasa itu,? tidak..
Lalu,,? Mungkinkah bertambah,?
Entahlah..
Yang ku tahu, semua kujalani semau dan semampu hati ku..

Jika yang kudapat masih saja luka,,
Suatu saat, kupercaya pasti ada obatnya..

Senin, 22 Desember 2014

Bukan Tangisan Tapi ini Air Mata



Malam ini, setelah kupastikan kau terlelap dalam tidur mu dan kututup telfonku, mata ku basah. Ada air yang mengalir dari sana. Tangisankah..? tidak.. bukankah aku sudah berjanji padamu kalau aku tidak akan menangis. Bahakan pada diri sendiripun aku berjanji bahwa aku tidak akan menangis..

Ini hanya air mata.. ya, mungkin mataku lelah setelah ku ajak berputar menyusuri cerita kita yang lalu, menyusuri goresan-goresan lukaku. Ya, mataku lelah karna ku ajak bekerja terlalu keras untuk melihat itu semua. Karna aku terlalu memaksanya untuk menatap kenyataan sehingga membuatnya perih dan mengeluarkan air. Bahkan terlalu lelahnya sehingga air itu terus turun dan membasahi pipiku..

Tak apa, jangan khawatir.. biarkan saja ia habiskan air ini sampai aku terlelap. Biarkan air ini temani tidurku malam ini. Karna dengan begini ia bisa lepaskan lelahnya karna kupaksa bekerja begitu keras. Lagipula ini bukan tangisan, ini hanya air mata.. :’)  

Jumat, 19 Desember 2014

Pelukan Terakhir



Perjalanan kita selesai, akhirnya aku sampai mengantarmu ke ujung jalan kita ini. Kita haeurs berpisah disini. Harus! Karna kau tlah sampai pada tujuan mu. Kini saatnya, genggaman ini kita lepas dan kita ganti dengan lambaian tangan. Tapi, sebelum kita benar berpisah, izinkan aku memelukmu untuk terakhir kali. Ya, semacam pelukan perpisahan. Karna nanti tak bisa lagi aku rasakan peluk itu, aka nada orang lain yang berkuasa atas peluk itu, ia yang sangat berhak untuk itu.

Izinkan aku dapat peluk terakhir itu, anggap saja itu sebagai ucapan terimakasih dari mu untuk ku yang telah mau menemani perjalananmu. Anggap itu sebagai tanda terakhir tugas ku selesai. Beri aku pelukan sedikit lebih lama dari biasanya. Karna nanti setelah ini tak bisa lagi kurasakan peluk itu.