Sabtu, 15 Maret 2014

Pria Terhebatnya

dahulu matanya begitu berbinar, senyumnya selalu merekah lebar, seolah menandakan bahwa ia adalah orang yang paling bahagia. yaa.. bahagia, kebahagiaan yang sempurna yang ia dapat dari orang yang begitu berharga dalam hidupnya. tak pernah ia bayangkan bagaimana jika orang yang begitu berharga dalam hidupnya itu pergi meniggalkannya, maka akan hilang pula kebahagiaanya.

kini binar matanya tlah berubah, menjadi genangan - genangan air mata kesedihan. senyumnya yang merekah itu hampir tak pernah terlihat lagi di bibirnya. yaa.. kebahagiaanya tlah hilang, hilang karna seseorang yang begitu berharga itu tlah pergi meninggalkannya untuk selamanya.bahkan kini ia tak bisa lagi melihat seorang yang berharga baginya itu kecuali hanya melalui foto atau mimpi..

seorang yang beraharga itu adalah ayahnya. pria terhebat dalam hidupnya. lelaki yang selalu ia banggakan. lelaki yang mendapatkan cinta terbesarnya. baginya, ayahnya adalah hidupnya.setiap hal yang ia lakukan adalah untuk kebhagian pria terhebatnya itu. namun kini pria terhebatnya itu tlah pergi meninggalkannya untuk selamanya. ayahnya tlah dipanggil sang maha kuasa dengan tiba - tiba. tak pernah ia bayangkan, pria terhebatnya pergi meniggalkannya begitu cepat, bahkan lebih cepat dari mimpi sekalipun. sulit baginya menerima semua ini, namun  ia tak mampu menolak kuasa sang pencipta. kini hanya tinggallah ia dengan genangan air mata kesedihan dimatanya dan bibir yang tak mampu untuk tersenyum merekah lagi. kalaupun ia bisa tertawa namun dapat dirasakan bahwa kini tawanya hampa, tak sebahagia ketika ia masih memiliki pria terhebatnya.

Biarkan Si Kerikil Kecil Menyingkir.

awal bertatap tak pernah terfikir akan berhubungan hingga sejauh ini.. entah apa alasannya bibir ini menjawab "ya" ketika pertanyaan itu terlontar.. terlalu singkat, cepat, bahkan mungkin terburu-buru..
awal menjalani, tak terasa janggal, bahkan curigapun tidak.. sampai pada akhirnya petunjuk datang.. mengungkap suatu rahasia yang disimpannya begitu rapat.. ada yang lain..

ya, orang itu yang sedang menjalani jalan yang sama denganku dan dia, namun bedanya, dia memeluk dan aku hanya memegang, menggenggampun tidak..

terhempas begitu jauh terpukul begitu keras,, walau ia berkata inginnya menggenggam dan memelukku bukan memeluk yang memeluknya..

tapi aku sadar, aku hanyalah kerikil kecil yg menjadi ujian dalam perjalanan mreka,, aku hanyalah benda tak penting yang menghalang pelukan mereka.. aku cukup tau diri, karna aku tau suatu saat aku akan tersingkir, aku menyingkir lebih awal, meski aku sakit biarlah ku bawa sakit ini, karna aku tau kalau sakit ini hanya sementara..

namun ia tetap memintaku untuk tetap disisinya, memintaku bertahan dan iya menggenggamku begitu erat.. meski telah kutinggalkan, namu aku tak kuasa melihatnya terluka tertatih mengejar,, hingga membuatku berbalik dan memapahnya serta kubiarkan ia memelukku erat hingga saat ini..

aku tak tau apakah benar kerikil kecil itu tlah benar digenggamnya, atau hanya ia kutip atau pungut untuk ia lempar jauh.. entahlah, si kerikil kecil hanya bisa mempersiapkan dirinya dan menguatkan dirinya, jika ia tak dibiarkan menyingkir, ia harus siap untuk disingkirkan jika itu lebih baik..